Harun Al-Rasyid : Orangnya kecil dan hitam tapi baik hatinya mungkin karena mengetahui saya muslim atau memang karena saya baik juga?? Dia buka perawat ataupun bagian cleaning servise, meski dia orang Bangladesh. Ya memang banyak orang bangladesh yang bekerja disana yang kebanyakan buruh atau pembantu. Demikian halnya dengan Harun Bay biasa saya panggil, bay adalah panggilan untuk laki-laki kalau orang sunda mah akang gitu kira-kira (ada yang mau nambahkan??)
Ada seorang pasien namanya Muflah Hamood orang Kuwait asli kecelakaan lalu lintas tidak sadar sejak terjadinya kecelakaan sampai beberapa tahun lamanya. harun itulah yang bagian menjaga kalau siang hari, sementara kalau malam hari ada sang bapak setia menunggui anaknya.
Pekerjaannya sih gampang Cuma nungguin saja, sesekali ganti posisi tidur sang pasien dari kiri ke kanan dan seterusnya supaya ga bedshore gitu. Kebanyakan kita sih yang melakukannya kecuali kalau kita lagi benar-benar sibuk. Lalu minta tolong dia untuk melakukannya. Kadang juga memberikan makan siang atas izin yang jaga dan setelah di beri petunjuk bagaimana cara memberikan makan cairan melalui NGT (Naso Gastric Tube), ya selang yang di masukan melalui hidung untuk memberikan makanan cair bagi mereka yang tidak sadar khususnya.
Entah berapa lama pasien itu terkapar tak bergerak ahanya napas yang terdengar ngorok dan perlu untuk di suction di tracheostomy tube-nya karena banyak lendir yang menghalangi jalan nafasnya. Sesekali bagian fisiotherapis datang untuk melakukan tugasnya. Malang memenag nasibnya, umur yang masih di bawah dua puluh tahun harus menerima siksaan yang begitu adanya, tidak bisa menikmati masa mudanya sebagaimana yang lainnya. Mungkin itu sudah suratan takdir dan tidak ada yang perlu disesali. Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Sampai saya resign Muflah Hamood itu masih status Quo, baru setahun kemudian saya mendengar dari kawan yang baru pulang yang kebetulan satu ruangan waktu itu memberikan kabar bahwa beliau telah meninggal dunia mendahului kita. Tak mengapa lah toh kita pun suatu saat nanti akan menyusulnya. Begitulah suratan takdir maut kan datang menjelang. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
Suatu perjalanan kadang membuat kita bahagia terkadang pula membuat kita merasa tersiksa .....
Jumat, 26 Juni 2009
Waktu itu ..........
Ke satu ....
Pagi itu memang terasa dingin yang mencekam, kami serombongan baru saja menginjakan kaki kami di salah satu negara penghasil minyak di timur tengah, tepatnya negara itu adalah Kuwait. Waktu itu bulan pebruari suasana ramadhan masih menyelimuti. Rasa suka cita dan bahagia bercampur baur jadi satu, bagaimana tidak setelah sekian lama kami menanti akhirnya sampai juga kami ke tempat yang kami idamkan, bukan tidak berlebihan memang, kami sangat bahagia sekali tidak tahu harus bagaimana menuturkannya. Masih mengantri untuk di periksa satu persatu berikut bagasi, standar prosedur yang harus dilakukan oleh tim sekuriti airport, cek dokumenetasi dan akhirnya semua lolos dengan hati lega.
Masih didalam ruangan airport selepas keluar dari pemeriksaan sudah nampak berjejer orang Kedutaan Besar RI untuk Kuwait menunggu kami yang baru saja datang, sebuah penyambutan yang luar biasa dan tidak di perkirakan sebelumnya. Maklum kebanyakan dari kami mungkin semuanya baru pertama kali pergi ke negeri orang terus disambut sedemikian rupa begitu terharunya kami. Satu per satu bersalaman dengan riang gembira tak lupa senyum harapan masa depan yang sumringah. Tidak tahu dibalik senyum itu ada yang memang tersenyum tulus atau hanya sekedar basa-basi atau hanya mentertawakan diri sendiri karena penampilan kami memang banyak yang agak norak, walau kami berusaha semaksimal mungkin untuk penampilan kami yan terbaik.
Kami sudah mendapat tempat tinggal masing-masing walau katanya untuk sementara waktu, karena kami memang belum mendapatkan tugas tempat kerja kami. Belum diceritakan sebenarnya kami itu siapa? Ya kami itu para perawat Indonesia yang telah lulus seleksi dari kementrian kesehatan Kuwait dan kami berhak mendapat kerja di bawah kementrian kesehatan tersebut. Setiap pagi pergi ke ke kantor kementrian kesehatan untuk mengurus segala macam administrasi. Dari mulai ktp, penempatan kerja/lokasi kerja sampai medical check up ulang. Ya medical check up ulang. Karena mereka kurang begitu percaya kepada kita sehingga kamipun harus melaksanakannya, meskipun jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Kuwait kami melaksanakan prosedur serupa.
Hari pertama menginjakan kaki di sebuah Rumah Sakit di Kuwait, Farwaniya Hospital namanya, RS umum dengan segala macam aktifitasnya. Saya ditugaskan di bagian perawatan bedah. Setelah sebelumnya orientasi dengan di dampingi oleh salah satu staf kepala perawatan. Suasana rada tegang untung ada kang Jaya yang kebetulan satu ruangan, beliau selalu membantu kesulitan yang saya alami waktu baru-baru masuk ruangan. Keterbatasan bahasa agak sedikit mengganggu, terutama bahasa arab. Karena pasien disana kebanyakan orang yang berbahasa arab tentunya. Belakangan Kang Jaya harus meninggalkan kita untuk selamanya beliau wafat karena DHF waktu tugas di salah satu perusahaan di luar Jawa.
Bersambung ..... bagian 2
Pagi itu memang terasa dingin yang mencekam, kami serombongan baru saja menginjakan kaki kami di salah satu negara penghasil minyak di timur tengah, tepatnya negara itu adalah Kuwait. Waktu itu bulan pebruari suasana ramadhan masih menyelimuti. Rasa suka cita dan bahagia bercampur baur jadi satu, bagaimana tidak setelah sekian lama kami menanti akhirnya sampai juga kami ke tempat yang kami idamkan, bukan tidak berlebihan memang, kami sangat bahagia sekali tidak tahu harus bagaimana menuturkannya. Masih mengantri untuk di periksa satu persatu berikut bagasi, standar prosedur yang harus dilakukan oleh tim sekuriti airport, cek dokumenetasi dan akhirnya semua lolos dengan hati lega.
Masih didalam ruangan airport selepas keluar dari pemeriksaan sudah nampak berjejer orang Kedutaan Besar RI untuk Kuwait menunggu kami yang baru saja datang, sebuah penyambutan yang luar biasa dan tidak di perkirakan sebelumnya. Maklum kebanyakan dari kami mungkin semuanya baru pertama kali pergi ke negeri orang terus disambut sedemikian rupa begitu terharunya kami. Satu per satu bersalaman dengan riang gembira tak lupa senyum harapan masa depan yang sumringah. Tidak tahu dibalik senyum itu ada yang memang tersenyum tulus atau hanya sekedar basa-basi atau hanya mentertawakan diri sendiri karena penampilan kami memang banyak yang agak norak, walau kami berusaha semaksimal mungkin untuk penampilan kami yan terbaik.
Kami sudah mendapat tempat tinggal masing-masing walau katanya untuk sementara waktu, karena kami memang belum mendapatkan tugas tempat kerja kami. Belum diceritakan sebenarnya kami itu siapa? Ya kami itu para perawat Indonesia yang telah lulus seleksi dari kementrian kesehatan Kuwait dan kami berhak mendapat kerja di bawah kementrian kesehatan tersebut. Setiap pagi pergi ke ke kantor kementrian kesehatan untuk mengurus segala macam administrasi. Dari mulai ktp, penempatan kerja/lokasi kerja sampai medical check up ulang. Ya medical check up ulang. Karena mereka kurang begitu percaya kepada kita sehingga kamipun harus melaksanakannya, meskipun jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Kuwait kami melaksanakan prosedur serupa.
Hari pertama menginjakan kaki di sebuah Rumah Sakit di Kuwait, Farwaniya Hospital namanya, RS umum dengan segala macam aktifitasnya. Saya ditugaskan di bagian perawatan bedah. Setelah sebelumnya orientasi dengan di dampingi oleh salah satu staf kepala perawatan. Suasana rada tegang untung ada kang Jaya yang kebetulan satu ruangan, beliau selalu membantu kesulitan yang saya alami waktu baru-baru masuk ruangan. Keterbatasan bahasa agak sedikit mengganggu, terutama bahasa arab. Karena pasien disana kebanyakan orang yang berbahasa arab tentunya. Belakangan Kang Jaya harus meninggalkan kita untuk selamanya beliau wafat karena DHF waktu tugas di salah satu perusahaan di luar Jawa.
Bersambung ..... bagian 2
Berempat
Bagian 2 ........
Kang Jaya adalah sosok yang ceria murah senyum dan pandai bergaul, meski waktu itu umurnya diatas saya tapi tidak terlihat tua. Anaknya sudah dua padahal saya masih belum menikah. Keluarganya di tinggalkan di Cirebon Jawa Barat. Ada lagi sosok Bambang yang asli Madiun pandai memasak, mudah bergaul dan suka bepergian kemana saja ia suka. Juga ada Nurhadi sosok pandai rajin belajar bahasa Inggrisnya bagus, belakangan dia juga belajar bahasa Tagalog karena banyak bergaul dengan orang Philipina.
Kami berempat termasuk saya yang asli Sunda tentu saja dari Jawa Barat. Meski tergolong orang yang biasa saja Alhamdulillah saya mampu beradaptasi baik di tempat bekerja maupun di lingkungan teempat tinggal. Kami memang tinggal bersama di sebuah flat dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Cukup sederhana tapi bisa tenang untuk tempat beristirahat. Kami juga bekerja di satu Rumah Sakit yaitu Farwaniya Hospital, tapi Bambang dan Nurhadi di bagian lain. Bambang di bagian perawatan penyakit dalam dan Nurhadi di bagian Emergency.
Hari-hari pertama menginjakka kaki di ruangan sedikit agak gentar bagaimana tidak saya kurang pengalaman dengan Rumah Sakit, bahasa Inggris yang pas-pasan apalagi dengan bahasa arab, sekali lagi saya masih diberi bantuan oleh yang maha kuasa. Adalah seorang Merly Bucoy gadis cantik asal Philipina banyak sekali membantu orientasi di ruangan itu. Informasi-informasi pekerjaan yan harus dilakukan serta kepada siapa saya harus bertanya su paya mudah mendapat jawaban. Hari yang cukup berkesan dalam artian kesan persahabatan sesama Asia Tenggara begitu kira-kira yang bisa saya tangkap.
Di ruangan itu yang bekerja terdiri dari berbagai negara ada yang dari Mesir, India, Pakistan, Philipina, Arab Saudi yang satu-satunya tapi belakangan menghilang tanpa ada berita dan terakhir dari Indonesia. Sementara orang Kuwaitnya sendiri hanya kepala Ruangan saja tidak ada staf perawat seperti saya. Disamping perawat ada juga portir dan cleaning service untuk yang dua ini profesi ini dari Bangladesh. Awal saya datang masih ada orang Thailand tapi rupanya selesai kontrak dan tidak pernah kelihatan lagi.
Mesir ... Muhammad Hasan : gemuk, pandai bergaul, suka bercanda dan suka membantu terutama kepada kita orang Indonesia yang sesama Muslim. Hari-hari tugas bersama beliau penuh gelak tawa walau tentu saja lebih banyak seriusnya menangani pasien-pasien dari pada mengobrol, perlu diketahui kalau dinas pagi dari mulai pukul 07.00 tidak akan bisa duduk sampai saat pulang tiba. Jam istirahatpun minum teh atau susu dilakukan sambil berdiri dan hanya beberapa menit saja.
Adel .... pria mesir ini perawakannya tinggi sedang sama dengan orang kita agak pendiam mungkin karena bahasa Inggrisnya pas-pasan sekali tertolong bahasa arab yang memang fasih. Agak kurang sreg kalau dinas bareng karena jarang ngobrol jadi bete gitu.
India .... Sister Christina : Mungkin dari India pelosok kecil, hitam, cerewet tapi kepandaiannya patut diacungi jempol belakangan di lulus CGFNS (Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools) yang memungkinkan dia untuk bekerja di Kanada atau Amerika sana.
Sister Celine : Tinggi kurus, tidak begitu hitam walau asal daerahnya sama dengan sister Christina. Orangnya baik suka membantu setiap ada kesulitan, sedikit suka menyuruh wajar saja karena dia senior.
Sister Renny D’Souza : masih gadis, hitam suka ngobrol dan cerita itu juga kalau kebetulan bareng dinas sore dan tidak terlalu sibuk. Kandang suka ganti jadwal dinas kalau saya ada perlu juga demikian sebaliknya,karena saya dan dia hampir barengan datangnya dan kepala ruangan menganggap sama masalah posisi di ruangan/kerja.
Sebenarnya masih ada lagi perawat India itu ada sister Maryamah (tapi ga pakai karvop) yang lainnya juga lupa namanya. Lupa-lupa ingat wajahnya sama namanya gitu (lupa.....lupa..lupa ....lupa lagi syairnya .... ah ...itu mah band kuburan ).
Pakistan ...... Muhammad Ramdan : tinggi besar hidung mancung, baik juga terutama pada kita orang Indonesia, sudah dimaklum sesama muslim kita bersaudara.
Nobel Nawab : meski non muslim orangnya baik dan prestasi akhir sebelum saya keluar adalah wakil kepala ruangan.
Philiphina ..... Merly Bucoy : gadis tinggi langsing, cantik dan pandai banyak sekali membantu saya.
Asha (te Asha) : keibuan,perhatian sama suka membantu.
Jupano Sali : sama dengan Asha mereka dua orang Muslim lain dari yang lainnya. Joe begitu biasa saya memanggil ngebet banget pengen nge date Renny D’Souza, tapi Renny tak ambil pusing dengan itu, ia memilih menolaknya dengan berbagai alasan.
Florentino alias Teng : setahun lebih akhir kedatangannya dari pada saya, tinggi, suka olah raga terutama fitnes katanya, modis dan sama baiknya dengan yang lainnya.
Mohon maaf sebenarnya masih banyak yang lainnya dalam satu ruangan itu tapi berhubung kapasitas memori yang sudah mulai melemah, maka dengan rasa hormat tidak saya tulis. Tapi pada kesempatan lain bila ternyata ingat akan di bahas lagi.
Yang jelas waktu itu kepala ruangannya adalah Sister Mona Sharaf asli Kuwait, tegas dalam setiap keputusan dan tak jarang memberikan teguran kepada siapa saja yang berbuat salah. Dilain pihak sangat senang dengan kinerja kita sebagai pekerja asal Indonesia, bukan karena sesama muslim tapi memang karena tergolong bisa menyesuaikan kerja dalam tempo yang cepat.
Kurang dari tiga bulan sudah mulai di kenakan shift sore, waktu itu shift sore Cuma tiga orang yang jaga, lumayan sibuk apalagi kalau pas hari operasi, kadang masih ada pasien yang tersisa di Recovery Room. Dan kita harus mengambilnya dari sana. Kurang dari lima bulan saja sudah mulai diserahkan sebagai penanggung jawab shift, yang tugasnya mengatur semua pekerjaan serta membagi pasien sesuai dengan jumlah yang dinas.
Kang Jaya adalah sosok yang ceria murah senyum dan pandai bergaul, meski waktu itu umurnya diatas saya tapi tidak terlihat tua. Anaknya sudah dua padahal saya masih belum menikah. Keluarganya di tinggalkan di Cirebon Jawa Barat. Ada lagi sosok Bambang yang asli Madiun pandai memasak, mudah bergaul dan suka bepergian kemana saja ia suka. Juga ada Nurhadi sosok pandai rajin belajar bahasa Inggrisnya bagus, belakangan dia juga belajar bahasa Tagalog karena banyak bergaul dengan orang Philipina.
Kami berempat termasuk saya yang asli Sunda tentu saja dari Jawa Barat. Meski tergolong orang yang biasa saja Alhamdulillah saya mampu beradaptasi baik di tempat bekerja maupun di lingkungan teempat tinggal. Kami memang tinggal bersama di sebuah flat dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Cukup sederhana tapi bisa tenang untuk tempat beristirahat. Kami juga bekerja di satu Rumah Sakit yaitu Farwaniya Hospital, tapi Bambang dan Nurhadi di bagian lain. Bambang di bagian perawatan penyakit dalam dan Nurhadi di bagian Emergency.
Hari-hari pertama menginjakka kaki di ruangan sedikit agak gentar bagaimana tidak saya kurang pengalaman dengan Rumah Sakit, bahasa Inggris yang pas-pasan apalagi dengan bahasa arab, sekali lagi saya masih diberi bantuan oleh yang maha kuasa. Adalah seorang Merly Bucoy gadis cantik asal Philipina banyak sekali membantu orientasi di ruangan itu. Informasi-informasi pekerjaan yan harus dilakukan serta kepada siapa saya harus bertanya su paya mudah mendapat jawaban. Hari yang cukup berkesan dalam artian kesan persahabatan sesama Asia Tenggara begitu kira-kira yang bisa saya tangkap.
Di ruangan itu yang bekerja terdiri dari berbagai negara ada yang dari Mesir, India, Pakistan, Philipina, Arab Saudi yang satu-satunya tapi belakangan menghilang tanpa ada berita dan terakhir dari Indonesia. Sementara orang Kuwaitnya sendiri hanya kepala Ruangan saja tidak ada staf perawat seperti saya. Disamping perawat ada juga portir dan cleaning service untuk yang dua ini profesi ini dari Bangladesh. Awal saya datang masih ada orang Thailand tapi rupanya selesai kontrak dan tidak pernah kelihatan lagi.
Mesir ... Muhammad Hasan : gemuk, pandai bergaul, suka bercanda dan suka membantu terutama kepada kita orang Indonesia yang sesama Muslim. Hari-hari tugas bersama beliau penuh gelak tawa walau tentu saja lebih banyak seriusnya menangani pasien-pasien dari pada mengobrol, perlu diketahui kalau dinas pagi dari mulai pukul 07.00 tidak akan bisa duduk sampai saat pulang tiba. Jam istirahatpun minum teh atau susu dilakukan sambil berdiri dan hanya beberapa menit saja.
Adel .... pria mesir ini perawakannya tinggi sedang sama dengan orang kita agak pendiam mungkin karena bahasa Inggrisnya pas-pasan sekali tertolong bahasa arab yang memang fasih. Agak kurang sreg kalau dinas bareng karena jarang ngobrol jadi bete gitu.
India .... Sister Christina : Mungkin dari India pelosok kecil, hitam, cerewet tapi kepandaiannya patut diacungi jempol belakangan di lulus CGFNS (Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools) yang memungkinkan dia untuk bekerja di Kanada atau Amerika sana.
Sister Celine : Tinggi kurus, tidak begitu hitam walau asal daerahnya sama dengan sister Christina. Orangnya baik suka membantu setiap ada kesulitan, sedikit suka menyuruh wajar saja karena dia senior.
Sister Renny D’Souza : masih gadis, hitam suka ngobrol dan cerita itu juga kalau kebetulan bareng dinas sore dan tidak terlalu sibuk. Kandang suka ganti jadwal dinas kalau saya ada perlu juga demikian sebaliknya,karena saya dan dia hampir barengan datangnya dan kepala ruangan menganggap sama masalah posisi di ruangan/kerja.
Sebenarnya masih ada lagi perawat India itu ada sister Maryamah (tapi ga pakai karvop) yang lainnya juga lupa namanya. Lupa-lupa ingat wajahnya sama namanya gitu (lupa.....lupa..lupa ....lupa lagi syairnya .... ah ...itu mah band kuburan ).
Pakistan ...... Muhammad Ramdan : tinggi besar hidung mancung, baik juga terutama pada kita orang Indonesia, sudah dimaklum sesama muslim kita bersaudara.
Nobel Nawab : meski non muslim orangnya baik dan prestasi akhir sebelum saya keluar adalah wakil kepala ruangan.
Philiphina ..... Merly Bucoy : gadis tinggi langsing, cantik dan pandai banyak sekali membantu saya.
Asha (te Asha) : keibuan,perhatian sama suka membantu.
Jupano Sali : sama dengan Asha mereka dua orang Muslim lain dari yang lainnya. Joe begitu biasa saya memanggil ngebet banget pengen nge date Renny D’Souza, tapi Renny tak ambil pusing dengan itu, ia memilih menolaknya dengan berbagai alasan.
Florentino alias Teng : setahun lebih akhir kedatangannya dari pada saya, tinggi, suka olah raga terutama fitnes katanya, modis dan sama baiknya dengan yang lainnya.
Mohon maaf sebenarnya masih banyak yang lainnya dalam satu ruangan itu tapi berhubung kapasitas memori yang sudah mulai melemah, maka dengan rasa hormat tidak saya tulis. Tapi pada kesempatan lain bila ternyata ingat akan di bahas lagi.
Yang jelas waktu itu kepala ruangannya adalah Sister Mona Sharaf asli Kuwait, tegas dalam setiap keputusan dan tak jarang memberikan teguran kepada siapa saja yang berbuat salah. Dilain pihak sangat senang dengan kinerja kita sebagai pekerja asal Indonesia, bukan karena sesama muslim tapi memang karena tergolong bisa menyesuaikan kerja dalam tempo yang cepat.
Kurang dari tiga bulan sudah mulai di kenakan shift sore, waktu itu shift sore Cuma tiga orang yang jaga, lumayan sibuk apalagi kalau pas hari operasi, kadang masih ada pasien yang tersisa di Recovery Room. Dan kita harus mengambilnya dari sana. Kurang dari lima bulan saja sudah mulai diserahkan sebagai penanggung jawab shift, yang tugasnya mengatur semua pekerjaan serta membagi pasien sesuai dengan jumlah yang dinas.
Idul Adha 1429 Hijriyah
05.30 Mesjid Al-Mutaqin kampung Sidoarjo Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, suara takbir menggema seantero kampung bersahutan dengan mesjid lain disekitarnya. Kumasuki mesjid yang tidak begitu luas tanpa halaman yang ada hanya jalan atau boleh dikatakan sebuah gang di sampingnya terhimpit perumahan berjejer rata. Seorang anak telah asyik bergelut dengan mic sambil bertakbir mengagungkan kebesaran Allah, seorang anak mungkin usianya belum sampai 17 tahun tentu saja dia belum cukup umur untuk memilih dan dipilih pada pemilu 2009 nanti. Seorang diri dia di mesjid itu dengan suara lantang meneriakkan takbir, yang lain belum kelihatan aku dan temanku masuk jadi tiga orang, selesai Tahiyatul Mesjid, temanku mendekati anak itu dan ikutan memegang mic untuk bertakbir juga.
05.40 Tiga anak kecil masuk tanpa basa-basi ataupun unjuk gigi, salam tak lagi terngiang hanya bisu menatap langit-langit mesjid, hamparan karpet hijau dan merah menjadi saksi, kemudian satu persatu orang memasuki mesjid dengan pakaian yang beraneka ragam, dari mulai pakai kemeja koko sampai batik. Yang menjadi menarik perhatianku adalah seorang laki-laki berkulit gelap kalau boleh dikatakan hitam gitu datang dengan memakai kopiyah warna krem yang mungkin tadinya warnanya putih tapi karena sudah lama makanya warnanya berubah jadi begitu, memakai sarung kotak-kotak dan lebih menarik lagi dia hanya memakai kaos oblong ya T-shirt bahasa kerennya sih. Yang saya tahu ini hari raya Idul Adha kita disunahkan memakai pakaian yang terbaik yang kita punya, apa mungkin itu yang terbaik bagi dia? Ditambah lagi di belakang kaos oblongnya itu ada tulisan besar-besar yang isinya kurang lebih begitni : ”Kalau sering ketemu kaga perlu jemu, kalau kau mau, jangan luh malu, kutahu yang luh mau ya ya yaaa.........” tentu saja setiap orang bisa membacanya dengan jelas yang membuat sebagian orang senewen membaca hal-hal yang tidak diinginkan.
06.25 Panitia qurban yang merangkap pengurus mesjid berdiri mengumumkan kegiatan hari itu, dari mulai Imam yang akan memimpin Shalat Ied yang seperti biasa dilakukan oleh Imam besar Mesjid Al-Mutaqin yang sehari-hari mengimami 5 kali dalam sehari, belum ada regenerasi dari puncak kepemimpinan, mungkin menganggap bahwa yang masih muda biarlah belajarng dulu nanti kalau sudah cukup umur pasti dapat giliran. Khotib juga di umumkan, kemudian tidak lupa saldo uang zariah mesjid yang sampai saat itu terkumpul dana sebesar kurang lebih 39 jutaan. Panitia qurban juga mengumumkan telah terkumpul satu ekor sapid an sepuluh ekor kambing berikut orang yang memberikan qurbannya di bacakan satu per satu.
06.30 Shalat Iedul Adha dimulai dan dipimpin alias diimami oleh Kyai besar mesjid Al-Mutaqin. Semua khusu mendengan bacaan dari sang Imam besar yang telahmalang melintang di dunia perimaman, entah sudah berapa lama dia menggeluti profesinya yang satu ini. Bapak yang berkaos oblong berdiri di barisan ( seperti upacara saja) maksudnya Shaf terdepan, aku ada di belakangnya meskipun tidak sejajar, tapi masih bisa mwlihat gerakan-gerakan yang ada di depanku. Dan perjalanan shalat pun harus berakhir dengan dibacakannya salam oleh sang imam, yang akhirnya membuat jemaah otomatis ikutan salam juga.
06.40 Giliran khotib naik panggung, seprtinya mau nyanyi saja pakai panggung segala padahal di mesjid tidak ada panggung, maksudnya mimbar, dan membacakannya denga n suara cukup lantang dan lancer sekali, coba kalau di tulis pakai computer terus di print out hasilnya di poto kopi buat para jemaah bagus juga tuh isinya. Isinya tentang perjalanan Nabi Ibrahim melewati ujian yang sang berat harus bersedia mengorbankan anak tercintanya yang sudah lama dinanti tapi, setelah beliau dikaruniai Nabi Ismail oleh Allah Subhanahu Wata’ala di uji supaya Nabi Ismail di kurbankan. Tapi demi mentaati perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail rela mengorbankan apa saja sesuai dengan perintahNYA. Alhasil Allah-pun menggantikan Nabi Ismail dengan seekor ghibas atau kambing besar. Belum selesai khotib khutbah pertama, bapak ber T-shit oblong itu keluar lapangan pertandingan padahal wasit belum meniup sangkakala-nya, wah pelanggaran nih jeritku dalam hati. Biarlah semaunya dia lha wong urusan orang, mungkin dia kebelet pengen pergi ke kamar mandi pengen bersih-bersih kamar mandi mesjid yang biasanya jarang yang mau bersih-bersih. Akhirnya setelah doa penutup sang khotibpun turun dari singgasana mimbar kayu jati yang sudah cukup umur. Jemaah yang terhormatpun dengan senang hati dan riang gembira meninggalkan mesjid dengan tertib, tidak ada kegaduhan apalagi berebut sandal, tentu saja tidak ada yang tertukar apalagi lenyap hilang tak berbekas pulang dengan kaki telanjang. Semua berjalan lancar menuju tempat tinggal dan melanjutkan kegiatan masing-masing.
Cepu, Senin 8 Desember 2008
05.40 Tiga anak kecil masuk tanpa basa-basi ataupun unjuk gigi, salam tak lagi terngiang hanya bisu menatap langit-langit mesjid, hamparan karpet hijau dan merah menjadi saksi, kemudian satu persatu orang memasuki mesjid dengan pakaian yang beraneka ragam, dari mulai pakai kemeja koko sampai batik. Yang menjadi menarik perhatianku adalah seorang laki-laki berkulit gelap kalau boleh dikatakan hitam gitu datang dengan memakai kopiyah warna krem yang mungkin tadinya warnanya putih tapi karena sudah lama makanya warnanya berubah jadi begitu, memakai sarung kotak-kotak dan lebih menarik lagi dia hanya memakai kaos oblong ya T-shirt bahasa kerennya sih. Yang saya tahu ini hari raya Idul Adha kita disunahkan memakai pakaian yang terbaik yang kita punya, apa mungkin itu yang terbaik bagi dia? Ditambah lagi di belakang kaos oblongnya itu ada tulisan besar-besar yang isinya kurang lebih begitni : ”Kalau sering ketemu kaga perlu jemu, kalau kau mau, jangan luh malu, kutahu yang luh mau ya ya yaaa.........” tentu saja setiap orang bisa membacanya dengan jelas yang membuat sebagian orang senewen membaca hal-hal yang tidak diinginkan.
06.25 Panitia qurban yang merangkap pengurus mesjid berdiri mengumumkan kegiatan hari itu, dari mulai Imam yang akan memimpin Shalat Ied yang seperti biasa dilakukan oleh Imam besar Mesjid Al-Mutaqin yang sehari-hari mengimami 5 kali dalam sehari, belum ada regenerasi dari puncak kepemimpinan, mungkin menganggap bahwa yang masih muda biarlah belajarng dulu nanti kalau sudah cukup umur pasti dapat giliran. Khotib juga di umumkan, kemudian tidak lupa saldo uang zariah mesjid yang sampai saat itu terkumpul dana sebesar kurang lebih 39 jutaan. Panitia qurban juga mengumumkan telah terkumpul satu ekor sapid an sepuluh ekor kambing berikut orang yang memberikan qurbannya di bacakan satu per satu.
06.30 Shalat Iedul Adha dimulai dan dipimpin alias diimami oleh Kyai besar mesjid Al-Mutaqin. Semua khusu mendengan bacaan dari sang Imam besar yang telahmalang melintang di dunia perimaman, entah sudah berapa lama dia menggeluti profesinya yang satu ini. Bapak yang berkaos oblong berdiri di barisan ( seperti upacara saja) maksudnya Shaf terdepan, aku ada di belakangnya meskipun tidak sejajar, tapi masih bisa mwlihat gerakan-gerakan yang ada di depanku. Dan perjalanan shalat pun harus berakhir dengan dibacakannya salam oleh sang imam, yang akhirnya membuat jemaah otomatis ikutan salam juga.
06.40 Giliran khotib naik panggung, seprtinya mau nyanyi saja pakai panggung segala padahal di mesjid tidak ada panggung, maksudnya mimbar, dan membacakannya denga n suara cukup lantang dan lancer sekali, coba kalau di tulis pakai computer terus di print out hasilnya di poto kopi buat para jemaah bagus juga tuh isinya. Isinya tentang perjalanan Nabi Ibrahim melewati ujian yang sang berat harus bersedia mengorbankan anak tercintanya yang sudah lama dinanti tapi, setelah beliau dikaruniai Nabi Ismail oleh Allah Subhanahu Wata’ala di uji supaya Nabi Ismail di kurbankan. Tapi demi mentaati perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail rela mengorbankan apa saja sesuai dengan perintahNYA. Alhasil Allah-pun menggantikan Nabi Ismail dengan seekor ghibas atau kambing besar. Belum selesai khotib khutbah pertama, bapak ber T-shit oblong itu keluar lapangan pertandingan padahal wasit belum meniup sangkakala-nya, wah pelanggaran nih jeritku dalam hati. Biarlah semaunya dia lha wong urusan orang, mungkin dia kebelet pengen pergi ke kamar mandi pengen bersih-bersih kamar mandi mesjid yang biasanya jarang yang mau bersih-bersih. Akhirnya setelah doa penutup sang khotibpun turun dari singgasana mimbar kayu jati yang sudah cukup umur. Jemaah yang terhormatpun dengan senang hati dan riang gembira meninggalkan mesjid dengan tertib, tidak ada kegaduhan apalagi berebut sandal, tentu saja tidak ada yang tertukar apalagi lenyap hilang tak berbekas pulang dengan kaki telanjang. Semua berjalan lancar menuju tempat tinggal dan melanjutkan kegiatan masing-masing.
Cepu, Senin 8 Desember 2008
Langganan:
Postingan (Atom)