Jumat, 26 Juni 2009

Idul Adha 1429 Hijriyah

05.30 Mesjid Al-Mutaqin kampung Sidoarjo Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, suara takbir menggema seantero kampung bersahutan dengan mesjid lain disekitarnya. Kumasuki mesjid yang tidak begitu luas tanpa halaman yang ada hanya jalan atau boleh dikatakan sebuah gang di sampingnya terhimpit perumahan berjejer rata. Seorang anak telah asyik bergelut dengan mic sambil bertakbir mengagungkan kebesaran Allah, seorang anak mungkin usianya belum sampai 17 tahun tentu saja dia belum cukup umur untuk memilih dan dipilih pada pemilu 2009 nanti. Seorang diri dia di mesjid itu dengan suara lantang meneriakkan takbir, yang lain belum kelihatan aku dan temanku masuk jadi tiga orang, selesai Tahiyatul Mesjid, temanku mendekati anak itu dan ikutan memegang mic untuk bertakbir juga.

05.40 Tiga anak kecil masuk tanpa basa-basi ataupun unjuk gigi, salam tak lagi terngiang hanya bisu menatap langit-langit mesjid, hamparan karpet hijau dan merah menjadi saksi, kemudian satu persatu orang memasuki mesjid dengan pakaian yang beraneka ragam, dari mulai pakai kemeja koko sampai batik. Yang menjadi menarik perhatianku adalah seorang laki-laki berkulit gelap kalau boleh dikatakan hitam gitu datang dengan memakai kopiyah warna krem yang mungkin tadinya warnanya putih tapi karena sudah lama makanya warnanya berubah jadi begitu, memakai sarung kotak-kotak dan lebih menarik lagi dia hanya memakai kaos oblong ya T-shirt bahasa kerennya sih. Yang saya tahu ini hari raya Idul Adha kita disunahkan memakai pakaian yang terbaik yang kita punya, apa mungkin itu yang terbaik bagi dia? Ditambah lagi di belakang kaos oblongnya itu ada tulisan besar-besar yang isinya kurang lebih begitni : ”Kalau sering ketemu kaga perlu jemu, kalau kau mau, jangan luh malu, kutahu yang luh mau ya ya yaaa.........” tentu saja setiap orang bisa membacanya dengan jelas yang membuat sebagian orang senewen membaca hal-hal yang tidak diinginkan.

06.25 Panitia qurban yang merangkap pengurus mesjid berdiri mengumumkan kegiatan hari itu, dari mulai Imam yang akan memimpin Shalat Ied yang seperti biasa dilakukan oleh Imam besar Mesjid Al-Mutaqin yang sehari-hari mengimami 5 kali dalam sehari, belum ada regenerasi dari puncak kepemimpinan, mungkin menganggap bahwa yang masih muda biarlah belajarng dulu nanti kalau sudah cukup umur pasti dapat giliran. Khotib juga di umumkan, kemudian tidak lupa saldo uang zariah mesjid yang sampai saat itu terkumpul dana sebesar kurang lebih 39 jutaan. Panitia qurban juga mengumumkan telah terkumpul satu ekor sapid an sepuluh ekor kambing berikut orang yang memberikan qurbannya di bacakan satu per satu.

06.30 Shalat Iedul Adha dimulai dan dipimpin alias diimami oleh Kyai besar mesjid Al-Mutaqin. Semua khusu mendengan bacaan dari sang Imam besar yang telahmalang melintang di dunia perimaman, entah sudah berapa lama dia menggeluti profesinya yang satu ini. Bapak yang berkaos oblong berdiri di barisan ( seperti upacara saja) maksudnya Shaf terdepan, aku ada di belakangnya meskipun tidak sejajar, tapi masih bisa mwlihat gerakan-gerakan yang ada di depanku. Dan perjalanan shalat pun harus berakhir dengan dibacakannya salam oleh sang imam, yang akhirnya membuat jemaah otomatis ikutan salam juga.

06.40 Giliran khotib naik panggung, seprtinya mau nyanyi saja pakai panggung segala padahal di mesjid tidak ada panggung, maksudnya mimbar, dan membacakannya denga n suara cukup lantang dan lancer sekali, coba kalau di tulis pakai computer terus di print out hasilnya di poto kopi buat para jemaah bagus juga tuh isinya. Isinya tentang perjalanan Nabi Ibrahim melewati ujian yang sang berat harus bersedia mengorbankan anak tercintanya yang sudah lama dinanti tapi, setelah beliau dikaruniai Nabi Ismail oleh Allah Subhanahu Wata’ala di uji supaya Nabi Ismail di kurbankan. Tapi demi mentaati perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail rela mengorbankan apa saja sesuai dengan perintahNYA. Alhasil Allah-pun menggantikan Nabi Ismail dengan seekor ghibas atau kambing besar. Belum selesai khotib khutbah pertama, bapak ber T-shit oblong itu keluar lapangan pertandingan padahal wasit belum meniup sangkakala-nya, wah pelanggaran nih jeritku dalam hati. Biarlah semaunya dia lha wong urusan orang, mungkin dia kebelet pengen pergi ke kamar mandi pengen bersih-bersih kamar mandi mesjid yang biasanya jarang yang mau bersih-bersih. Akhirnya setelah doa penutup sang khotibpun turun dari singgasana mimbar kayu jati yang sudah cukup umur. Jemaah yang terhormatpun dengan senang hati dan riang gembira meninggalkan mesjid dengan tertib, tidak ada kegaduhan apalagi berebut sandal, tentu saja tidak ada yang tertukar apalagi lenyap hilang tak berbekas pulang dengan kaki telanjang. Semua berjalan lancar menuju tempat tinggal dan melanjutkan kegiatan masing-masing.

Cepu, Senin 8 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar