Ketika mentari beranjak naik dari peraduan, sekelebat awan hitam berbaris perlahan menjauh dari pandangan mata. Silaupun menyapa tanah kering sedikit berbatu dengan rumput kering yang menanti belaian air hujan yang tak kunjung datang. Kaki-kaki hitam menapak kokoh tanpa alas, menerobos belukar kering tanpa rasa. Canda tawa meeka tak pernah tersirat ada keheningan dalam benak yang bekerut.
Kakiku masih terdiam menatap bayangan pohon yang kering kerontang diterpa terik. Helaan napas terasa sesak seiring hembusan angin menerbangkan debu-debu sisa pembakaran nun jauh disana. Langkah kembali gontai setelah sekian lama meniti hari mengukir rindu yang tak pernah hilang dari angan. Mengharapkan sebuah keajaiban bagai dalam khayalan dongeng seribu satu malam.
Perlahan tapi pasti mentari itu pun bersembunyi di balik tirai waktu yang tak pernah malu. Malampun sebentar lagi menggelayut rindu yang sekian lama tanpa ceria yang menemani, hanya suara desiran angin malam dan suara alam yang setia mengalunkan irama yang penuh dengan misteri.
Bangkit dari tidur panjang menoleh malam kian sunyi, menghadap Illahi sang Pengawal jagat raya yang tak pernah lelah menjaga siang dan malam, memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan, menangis mengharap iba-NYA, sadar diri dengan lautan dosa yang membanjiri setiap langkahku, ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ampunilah segala dosa-dosa hamba yang setinggi langit dan seluas lautan, jadikanlah hamba orang yang selalu bersyukur atas rahmat-MU, hanya kepada-Mu lah hamba meminta pertolongan dan hanya kepada-Mu lah hamba memohon, Aamiin ya robal alamin